Seri motor Honda CB, yang awalnya dirancang sebagai City Bike serbaguna, telah memiliki perjalanan panjang dan penuh makna sejak pertama kali diluncurkan.
Filosofi desainnya berfokus pada keandalan, kemudahan penggunaan, dan aksesibilitas, menjadikannya pilihan populer untuk komuter perkotaan dan penggunaan sehari-hari.
Di Indonesia, salah satu model yang paling ikonik adalah Honda CB100 K2, yang akrab disebut “Gelatik”.
Motor ini bukan hanya dikenal karena kualitas mesinnya, tetapi juga karena perannya dalam film “Dilan 1990” yang sangat sukses pada tahun 2018.
Penampilan Gelatik dalam film tersebut memicu lonjakan popularitas dan mengubah motor ini menjadi ikon budaya pop yang melekat di hati masyarakat.
Isi Artikel
Warisan Abadi Seri Motor Honda CB
Sejarah Honda CB dimulai pada 1959 dengan model Benly CB92 Super Sports, yang bahkan pernah digunakan dalam balap Isle of Man TT. Dari awal, seri ini sudah menunjukkan komitmen terhadap performa dan fleksibilitas.
Model legendaris seperti CB160 kemudian hadir dengan julukan “baby Super Hawk”, menawarkan desain ringkas namun bertenaga.
Pada 1969, lahirlah CB750 Four, yang mengubah standar superbike dunia. Hingga era modern, seri CB terus berevolusi, contohnya Honda CB650R 2024 yang kini dipasarkan sebagai naked bike serbaguna dan ramah komuter.
Karakteristik kelincahan, keandalan, dan kemudahan kontrol membuat banyak model CB ideal sebagai city bike, meskipun seri ini tidak pernah diposisikan secara eksklusif untuk perkotaan.
Awal Mula Honda CB Sebagai “City Bike” di Indonesia

Honda CB masuk ke pasar Indonesia pada awal 1970-an, dimulai dengan CB100 K1 (1971) dan disusul CB100 K2 (1972). Model ini menjadi fondasi kesuksesan Honda di Indonesia.
Honda CB100 K2 “Gelatik” terkenal karena keandalan, efisiensi bahan bakar, dan performa mulusnya, membuatnya sangat cocok untuk kebutuhan komuter.
Motor Honda CB100 tahun 1973 memiliki spesifikasi seperti mesin 1 silinder 99 ccm, tenaga yang mencapai 11,5 HP, transmisi 5-percepatan, mampu mencapai kecepatan maksimum hingga 110 km/jam, 10 liter kapasitas bensin, dan bobot seberat 92 kg.
Baca juga: Motor Bebek 2 Tak Yang Masih Eksis Sampai Sekarang
Desainnya sederhana dengan body full besi, shock depan tertutup, dan hanya dilengkapi speedometer tanpa indikator bahan bakar.
Kesederhanaan ini membuatnya tahan lama, mudah dirawat, dan fleksibel untuk modifikasi.
Antara 1971–1981, penjualan Honda CB di Indonesia mencapai 600.000 unit atau rata-rata 5.000 unit per bulan, menunjukkan betapa kuatnya posisi Honda CB di hati masyarakat jauh sebelum film Dilan hadir.
Fenomena Budaya: “Dilan 1990” dan Honda CB100 K2 “Gelatik”
Film “Dilan 1990” yang rilis tahun 2018 sukses besar dengan 6,3 juta penonton, menjadikannya film Indonesia terlaris tahun tersebut.
Film ini berlatar Bandung tahun 1990, membangkitkan nostalgia masa muda dan kehidupan romantis era itu.
Tokoh utama, Dilan, mengendarai Honda CB100 K2 “Gelatik”, yang kemudian menjadi simbol gaya hidup romantis dan pemberontakan ala remaja 90-an.
Motor ini tampil bukan hanya sebagai properti, tetapi bagian integral dari karakter Dilan, merepresentasikan kebebasan, karisma, dan cinta sejati.
Asosiasi ini menjadikan Honda CB100 K2 lebih dari sekadar motor klasik, melainkan ikon budaya yang memiliki makna mendalam dan nilai simbolis.
Dampak dan Kebangkitan: Era Pasca Film- “Dilan 1990”
Setelah film “Dilan 1990” tayang, harga Honda CB100 K2 asli melonjak drastis hingga Rp25 juta – Rp30 juta. Peningkatan ini jauh melebihi apresiasi normal motor klasik.
Karena kelangkaannya, replika dan modifikasi CB dengan gaya Dilan pun menjamur. Banyak builder menggunakan basis Honda GL dan Megapro untuk menciptakan replika bertema Dilan.
Baca juga: Rekomendasi Motor 250cc Terbaik 2024
Ledakan ini menunjukkan bagaimana budaya pop mampu menghidupkan kembali produk klasik. Honda CB tidak lagi sekadar alat transportasi, tetapi simbol gaya hidup dan ekspresi diri.
Komunitas pecinta CB juga bangkit kembali, seperti CB Custom Timika di Papua, yang aktif sejak 2017 dan semakin berkembang pasca-Dilan.
Honda CB sebagai Ikon Abadi

Keberhasilan CB100 K2 “Gelatik” dalam menembus dua era sebagai motor komuter populer di tahun 70-an dan ikon budaya “skena” di era modern menjadi bukti kuat dari desain timeless Honda.
Sederhananya desain CB, bodi besi yang kokoh, serta fleksibilitas modifikasi adalah kunci mengapa motor ini bisa bertahan dan disesuaikan dengan tren budaya baru.
Film “Dilan 1990” tidak menciptakan warisan ini dari nol, melainkan menghidupkan kembali modal budaya yang sudah ada.
Fenomena ini mengajarkan bahwa merk dengan sejarah kuat dapat memanfaatkan warisan produk lama untuk membangun engagement baru dengan generasi sekarang.
Baca juga: Rekomendasi Motor Sport Murah Di Tahun 2025
Sebuah Ikon Abadi dalam Budaya Indonesia
Motor Honda CB “City Bike” bukan sekadar kendaraan; ia adalah ikon sejarah, simbol nostalgia, dan bukti kekuatan budaya pop dalam mempengaruhi pasar.
Dari motor komuter sederhana menjadi motor romantis legendaris, perjalanannya membuktikan bahwa desain sederhana, keandalan, dan nilai historis dapat menjadikannya harta otomotif yang tak lekang oleh waktu.
FAQ
1. Apa itu Honda CB “City Bike”?
Honda CB adalah seri motor klasik dari Honda yang awalnya dirancang sebagai city bike serbaguna. Motor ini terkenal karena kehandalannya dan mudah digunakan untuk aktivitas sehari-hari.
2. Mengapa Honda CB100 K2 dijuluki “Gelatik”?
Julukan “Gelatik” muncul karena bentuk tangki yang ramping dan warna khasnya yang mirip burung gelatik.
3. Apa peran film “Dilan 1990” dalam popularitas Honda CB?
Film Dilan 1990 menampilkan karakter Dilan mengendarai Honda CB100 K2 “Gelatik”, yang membuat motor ini menjadi ikon romantis dan kembali populer di kalangan anak muda.
4. Berapa harga Honda CB100 K2 sekarang?
Setelah film Dilan 1990 tayang, harga Honda CB100 K2 melonjak hingga Rp25 juta–Rp30 juta, tergantung kondisi dan keaslian motor.
5. Apakah Honda CB masih diproduksi?
Model klasik seperti CB100 K2 sudah tidak diproduksi lagi, namun seri CB modern seperti CB650R masih dipasarkan dengan konsep naked bike.