Pertanyaan lebih irit mobil listrik atau bensin kini menjadi salah satu topik paling sering dibahas di dunia otomotif Indonesia.
Dengan meningkatnya harga bahan bakar dan dorongan kuat pemerintah terhadap elektrifikasi kendaraan, banyak calon pembeli mulai mempertimbangkan peralihan ke mobil listrik.
Namun, benarkah mobil listrik lebih hemat secara keseluruhan, ataukah mobil bensin masih menjadi pilihan yang lebih efisien?
Untuk menjawabnya, kita perlu melihat lebih dalam dari berbagai sisi – mulai dari biaya awal pembelian (CAPEX), biaya operasional harian (OPEX), hingga total biaya kepemilikan (Total Cost of Ownership/TCO).
Artikel ini menyajikan analisis komprehensif yang disusun berdasarkan data aktual dan kebijakan pemerintah terbaru di Indonesia.
Isi Artikel
Analisis Biaya Awal dan Insentif Pembelian (CAPEX)
Perbandingan Harga Beli Kendaraan (MSRP)
Harga beli awal menjadi faktor paling menentukan dalam efisiensi jangka panjang. Mobil listrik berbasis baterai (BEV) seperti Wuling Air EV kini ditawarkan mulai dari Rp 184 juta, sementara Wuling BinguoEV dengan insentif pemerintah dibanderol sekitar Rp 317 juta.
Bandingkan dengan mobil bensin entry-level yang masih bisa diperoleh di kisaran Rp 150 juta hingga Rp 200 juta.
Untuk segmen menengah, selisih harga menjadi lebih besar. Misalnya, Hyundai Kona EV jauh lebih mahal dibandingkan Honda HR-V.
Baca juga: 6 Jenis Baterai Mobil Listrik
Bahkan setelah insentif pajak, perbedaan harga awal Kona EV masih belum tertutup oleh penghematan bahan bakar dalam periode kepemilikan enam tahun.
Ini menunjukkan bahwa biaya awal (CAPEX) masih menjadi hambatan utama dalam adopsi massal kendaraan listrik.
Insentif Pemerintah Pusat dalam Menekan CAPEX
Pemerintah telah memberikan sejumlah kebijakan untuk memperkecil kesenjangan harga antara BEV dan kendaraan konvensional.
Kendaraan listrik dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 40% berhak atas insentif PPN Ditanggung Pemerintah (DTP) sebesar 10%. Skema ini langsung menurunkan harga jual di showroom, seperti yang terjadi pada Wuling BinguoEV.
Baca juga: Duel Panas EV! BYD Atto 1 VS Wuling Binguo
Selain itu, kendaraan hybrid (HEV) juga mendapatkan insentif PPnBM DTP sebesar 3% sebagai bagian dari program Low Carbon Emission Vehicle (LCEV).
Meski insentif ini belum cukup besar untuk menurunkan CAPEX secara drastis, kebijakan ini menjadi pondasi penting bagi percepatan transisi menuju kendaraan ramah lingkungan.
Biaya Infrastruktur Pengisian Daya di Rumah
Efisiensi mobil listrik juga sangat dipengaruhi oleh ketersediaan home charging. PLN merekomendasikan daya minimal 7.700 VA untuk pengisian optimal.
Biaya pasang baru atau tambah daya bisa mencapai Rp 7,4 juta, namun PLN memberikan diskon hingga 50%, bahkan gratis untuk pembeli mobil listrik baru.
Artinya, meski ada tambahan biaya di awal, investasi ini penting agar pengguna bisa menikmati biaya operasional rendah di kemudian hari.
Konsumen dengan daya listrik tinggi (R-3) akan merasakan manfaat maksimal dari efisiensi ini.
Analisis Biaya Operasional (OPEX)
Komparasi Biaya Energi per Kilometer
Dari sisi biaya energi, mobil listrik jelas unggul. Dengan tarif listrik sekitar Rp 1.700 per kWh, biaya operasional mobil listrik berada di kisaran Rp 1.500 hingga Rp 2.000 per km.
Bandingkan dengan mobil bensin yang membutuhkan Rp 3.000 hingga Rp 4.000 per km, tergantung konsumsi bahan bakar dan harga Pertamax (sekitar Rp 12.100 per liter per Oktober 2024).
Secara keseluruhan, mobil listrik bisa 50% hingga 75% lebih hemat dibandingkan mobil bensin dalam biaya per kilometer.
Optimasi Pengisian Daya untuk Efisiensi Maksimal
Efisiensi BEV bisa meningkat lebih jauh jika pengisian daya dilakukan pada malam hari. PLN memberikan diskon tarif 30% untuk pengisian antara pukul 22.00–05.00 WIB, sehingga tarif efektif turun menjadi sekitar Rp 1.190 per kWh.
Dengan strategi ini, pemilik BEV dapat menekan biaya operasional hingga ke level yang sangat rendah, terutama jika tidak bergantung pada SPKLU umum yang tarifnya lebih tinggi.
Proyeksi Penghematan Tahunan
Jika diasumsikan mobil menempuh jarak 15.000 km per tahun, pemilik BEV dapat menghemat hingga Rp 9 juta per tahun dibandingkan mobil bensin.
Dalam lima tahun, penghematan kumulatif mencapai sekitar Rp 45 juta. Nilai ini menjadi kompensasi utama untuk menutupi selisih harga awal pembelian.
Biaya Kepemilikan Non-Operasional: Pajak, Servis, dan Risiko
Insentif Pajak Daerah untuk Kendaraan Listrik
Pemerintah daerah turut mendukung elektrifikasi dengan membebaskan pajak kendaraan listrik. Di DKI Jakarta dan Banten, mobil listrik dibebaskan dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).
Baca juga: 10 Mobil untuk Antar Anak Sekolah: Pilihan Mobil Keluarga Aman & Nyaman
Kebijakan ini menghapus salah satu beban tahunan terbesar dalam kepemilikan mobil, sekaligus mempercepat tercapainya paritas biaya antara BEV dan kendaraan bensin.
Biaya Perawatan dan Servis
Mobil listrik tidak memiliki komponen seperti sistem pelumasan oli, knalpot, atau transmisi multi-gigi, sehingga biaya servis jauh lebih rendah.
Pabrikan mengklaim penghematan perawatan mencapai 75% dibandingkan mobil bensin. Dalam lima tahun, total efisiensi perawatan dapat mencapai Rp 45 juta.
Selain itu, produsen mobil listrik memberikan garansi baterai panjang serta sertifikasi IP67 yang menjamin ketahanan terhadap air, sehingga risiko kerusakan dapat diminimalkan.
Risiko Baterai dan Nilai Jual Kembali
Meski efisien, baterai tetap menjadi komponen paling mahal dan berisiko dalam perhitungan TCO.
Biaya penggantian baterai yang tinggi dapat menurunkan nilai jual kembali kendaraan listrik.
Namun, dengan adanya garansi baterai jangka panjang dan program daur ulang yang sedang dikembangkan, risiko depresiasi ini mulai dapat dikendalikan.
Dalam jangka panjang, penguatan ekosistem baterai akan menjadi faktor penting dalam menjaga nilai residual BEV.
Total Cost of Ownership (TCO) dan Analisis Skenario
Paritas Biaya dan Periode Kepemilikan
Dari berbagai studi, mobil listrik memang lebih irit dalam penggunaan harian, namun paritas TCO biasanya baru tercapai setelah lebih dari enam tahun kepemilikan.
Penghematan tahunan Rp 9 juta dan bebas PKB/BBNKB membuat BEV unggul dalam jangka panjang, terutama bagi pengguna dengan mobilitas tinggi seperti armada bisnis.
Skenario Efisiensi Kendaraan Hybrid
Kendaraan Hybrid Electric Vehicle (HEV) menawarkan solusi tengah yang menarik. Dengan harga awal lebih rendah dari BEV dan efisiensi bahan bakar yang jauh lebih baik dari ICEV, hybrid sering kali menjadi pilihan paling logis bagi konsumen Indonesia saat ini.
Selain itu, baterai hybrid yang kecil menekan risiko biaya penggantian di masa depan, menjadikannya opsi paling efisien dari sisi TCO untuk penggunaan 5–7 tahun.
Penutup
Jadi, jika kamu masih bertanya-tanya lebih irit mobil listrik atau bensin, jawabannya tergantung pada jangka waktu kepemilikan dan pola penggunaannya.
Untuk penggunaan jangka panjang dengan jarak tempuh tinggi, mobil listrik jelas lebih irit dan ekonomis.
Namun, bagi pengguna dengan anggaran awal terbatas atau mobilitas sedang, mobil hybrid bisa menjadi pilihan paling bijak sebelum sepenuhnya beralih ke era elektrifikasi.
Kalau, Sobat GMob lagi cari mobil bekas berkualitas dan cocok untuk dijual lagi, grosirmobil.id jawabannya!
Dengan kualitas yang terjamin, transparansi informasi, dan harga yang kompetitif, GrosirMobil.id adalah tempat terbaik untuk mencari mobil bekas yang sesuai dengan kebutuhan Anda.
Registrasi gratis sekarang di www.grosirmobil.id dan gunakan kode referral DBC4 untuk mendapatkan promo menarik yang menunggu kamu.
FAQ tentang Lebih Irit Mobil Listrik atau Bensin
1. Mana yang lebih irit, mobil listrik atau bensin?
Secara umum, mobil listrik lebih irit dibanding mobil bensin. Biaya pengisian daya listrik per kilometer biasanya hanya sekitar sepertiga dari biaya bahan bakar bensin dengan jarak tempuh yang sama.
2. Berapa biaya untuk mengisi daya mobil listrik?
Biaya pengisian daya mobil listrik di rumah berkisar antara Rp30.000–Rp60.000 untuk baterai penuh, tergantung kapasitas baterainya. Dengan daya penuh, mobil listrik dapat menempuh jarak 300–500 km.
3. Apakah mobil listrik bebas dari biaya perawatan?
Tidak sepenuhnya bebas, tetapi biayanya jauh lebih rendah dibanding mobil bensin karena mobil listrik tidak memiliki komponen seperti oli mesin, busi, atau filter udara yang perlu diganti rutin.
4. Bagaimana dengan biaya perawatan mobil bensin?
Mobil bensin membutuhkan perawatan rutin seperti ganti oli, filter udara, busi, dan cairan pendingin. Total biaya servis berkala bisa mencapai Rp2–4 juta per tahun tergantung pemakaian.
5. Apakah harga mobil listrik lebih mahal dari mobil bensin?
Ya, harga mobil listrik saat ini masih lebih tinggi karena biaya produksi baterai yang mahal. Namun, biaya operasional hariannya lebih murah sehingga bisa lebih hemat dalam jangka panjang.
6. Apakah pengisian daya mobil listrik praktis?
Cukup praktis, apalagi jika pengisian dilakukan di rumah pada malam hari. Namun, untuk perjalanan jauh, ketersediaan stasiun pengisian daya masih menjadi tantangan di beberapa daerah.
7. Apakah mobil listrik cocok digunakan di Indonesia?
Cocok, terutama untuk pengguna di kota besar dengan jarak tempuh harian yang tidak terlalu jauh. Selain irit, mobil listrik juga ramah lingkungan dan bebas dari aturan ganjil-genap di beberapa wilayah.