Mengapa Ketika Hujan Jalanan Macet

Mengapa Ketika Hujan Jalanan Macet – Fenomena kemacetan lalu lintas setiap kali hujan turun adalah hal yang akrab bagi pengendara di kota besar. 

Bukan sekadar ketidaknyamanan, kondisi ini berdampak pada ekonomi, sosial, bahkan keselamatan. 

Keterlambatan jadwal, konsumsi bahan bakar yang meningkat, hingga stres pengemudi adalah dampak yang sering terjadi.

Lalu, mengapa ketika hujan jalanan macet? Jawabannya kompleks, melibatkan faktor cuaca, perilaku pengemudi, dan infrastruktur. 

Artikel ini akan mengurai penyebab utamanya, dampak yang terjadi, dan solusi mitigasi agar perjalanan tetap aman.

Dampak Hujan pada Kondisi Jalan dan Kendaraan

Penurunan Traksi dan Risiko Aquaplaning

Hujan membuat permukaan jalan basah dan licin, mengurangi traksi ban terhadap aspal. 

Koefisien gesekan yang biasanya 0,7 di jalan kering turun menjadi sekitar 0,4 saat jalanan basah, sehingga pengereman lebih panjang dan manuver lebih sulit.

Fenomena aquaplaning juga bisa terjadi. Ini adalah kondisi saat ban tidak bersentuhan langsung dengan aspal karena lapisan air. 

Akibatnya, kendaraan bisa melayang dan pengemudi kehilangan kendali, terutama pada kecepatan tinggi (80 km/jam ke atas) dan genangan air tebal.

Akibatnya, pengemudi harus mengurangi kecepatan dan menjaga jarak aman. Namun, langkah ini secara kolektif mengurangi kapasitas jalan, yang memicu kemacetan.

Keterbatasan Jarak Pandang

Hujan deras, kabut, dan cipratan kendaraan lain mengurangi jarak pandang. Hamburan cahaya pada tetesan hujan memperburuk visibilitas, terutama di malam hari karena pantulan lampu.

Pengemudi cenderung melambat untuk mengurangi risiko tabrakan, yang membuat aliran lalu lintas lebih lambat. 

Baca juga: 5 Bahaya Berkendara Motor Saat Hujan yang Wajib Diwaspadai

Ini adalah respons aman, tetapi secara agregat menciptakan efek gelombang kemacetan.

Perubahan Perilaku Pengemudi dan Pengguna Jalan

Sobat GMob tau ga? Selain dampak langsung hujan pada kondisi jalan, respon dan perilaku pengemudi serta pengguna jalan lainnya juga menjadi faktor signifikan yang berkontribusi terhadap kemacetan.

Adaptasi Kecepatan dan Jarak Aman

Saat hujan, pengemudi menurunkan kecepatan dan menambah jarak aman antar kendaraan. Hal ini penting untuk menghindari kecelakaan, tapi dampaknya adalah penurunan kapasitas jalan.

Ketika ribuan pengemudi melakukan hal yang sama secara bersamaan, kapasitas efektif jalan raya (jumlah kendaraan per jam yang dapat melewati suatu titik) menurun drastis. 

Studi telah menunjukkan bahwa kondisi cuaca buruk dapat secara signifikan mempengaruhi parameter aliran lalu lintas, termasuk mengurangi kapasitas jalan dan kecepatan operasional. 

Hujan ringan dapat mengurangi kapasitas jalan sebesar 4% hingga 10%, sementara hujan lebat dapat menyebabkan pengurangan antara 25% hingga 30%. 

Kecepatan operasional rata-rata juga dapat berkurang, dengan hujan lebat menyebabkan penurunan kecepatan rata-rata sekitar 9,74% atau setara dengan 2-3 mil per jam.

Pergeseran Moda Transportasi dan Penggunaan Ruang Jalan

Pengendara motor sering menepi atau berteduh sembarangan di bawah jembatan atau halte, akan mengurangi lebar jalan yang tersedia dan menciptakan hambatan.

Bersamaan dengan itu, salah satu keunggulan mobil adalah perlindungan dari hujan. Akibatnya, banyak individu yang biasanya menggunakan transportasi umum atau sepeda motor beralih ke mobil pribadi saat hujan. 

Peningkatan volume mobil ini, yang secara fisik memakan lebih banyak ruang jalan per orang dibandingkan sepeda motor atau transportasi publik, membuat jalanan semakin sempit dan memperparah kemacetan. Fenomena ini menciptakan tekanan ganda pada kapasitas jalan dan sistem transportasi. 

Secara simultan, terjadi pengurangan kapasitas jalan yang tersedia (penawaran berkurang) karena kendaraan meneduh sembarangan, dan peningkatan permintaan untuk ruang jalan yang lebih besar (permintaan meningkat) karena beralihnya pengguna ke mobil. Kedua hal ini ini mempercepat timbulnya kemacetan. 

Dampak Hujan pada Infrastruktur Jalan dan Insiden Lalu Lintas

Hujan tidak hanya mempengaruhi kondisi langsung saat berkendara, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang pada infrastruktur jalan dan secara signifikan meningkatkan risiko insiden lalu lintas.

Kerusakan Infrastruktur Jalan

Curah hujan tinggi mempercepat kerusakan jalan, menciptakan lubang atau genangan yang memaksa pengemudi melambat atau menghindar. Kondisi ini mengganggu aliran lalu lintas dan memperbesar risiko kecelakaan.

Genangan Air dan Banjir Lokal

Genangan air, dan terutama banjir, adalah dampak langsung dari hujan deras yang dapat secara signifikan menghambat pergerakan lalu lintas. 

Menerobos genangan air atau banjir memiliki risiko tinggi menyebabkan kendaraan mogok atau mengalami kerusakan serius pada mesin dan sistem kelistrikan, yang berujung pada biaya perbaikan yang mahal. 

Risiko ini membuat pengemudi sangat berhati-hati, melambat secara drastis, atau bahkan memilih untuk tidak melewati area yang tergenang sama sekali.

Dari sisi regulasi, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), Pasal 116 Ayat 2 butir c, secara khusus mewajibkan setiap pengemudi untuk mengurangi kecepatan kendaraannya ketika cuaca hujan dan/atau melewati genangan air.

Baca juga: Siap Hadapi Banjir! Ini Dia Mobil SUV Terbaik yang Bisa Menerobos Banjir

Peningkatan Kecelakaan

Data Pusiknas Polri menunjukkan lebih dari 1.800 kecelakaan terjadi saat hujan pada 2021. Faktor penyebab utamanya adalah kecepatan berlebih, kondisi jalan licin, dan human error. Setiap kecelakaan menambah penundaan karena proses evakuasi dan penanganan darurat.

Kesiapan Kendaraan untuk Menghadapi Hujan

Kesiapan kendaraan dan perilaku mengemudi yang disiplin secara langsung mengurangi risiko insiden dan memperlancar aliran lalu lintas di tingkat individu.

Pemeriksaan Ban yang Optimal

Ban memiliki peran penting dalam menjaga kestabilan kendaraan di jalan basah. Pastikan tekanan ban sesuai rekomendasi pabrikan (umumnya 30-33 psi untuk mobil kecil seperti hatchback dan sedan. 

32-35 psi untuk SUV dan MPV, serta 35-40 psi untuk kendaraan niaga dan pickup, dengan sedikit peningkatan 32-37 psi pada kondisi basah untuk cengkeraman optimal). 

Baca juga: 10 Merek Ban Yang Cocok Untuk Iklim Indonesia

Periksa kedalaman alur ban; jika sudah di bawah 2 mm, segera ganti karena daya cengkramnya berkurang drastis dan meningkatkan risiko aquaplaning. 

Ban dengan pola tapak directional atau alur dalam sangat efektif membuang air dan mengurangi risiko aquaplaning.

Wiper Berfungsi Optimal

Pastikan wiper bekerja dengan baik dan karet wiper mampu menyapu air hujan di kaca depan secara efektif. 

Ganti karet wiper yang sudah getas atau retak untuk memastikan pandangan tetap jernih dan maksimal saat hujan

Pemanfaatan Fitur Keselamatan

Manfaatkan fitur Anti-lock Braking System (ABS) yang sangat berguna saat pengereman di jalan licin, karena dapat memperpendek jarak pengereman dan memungkinkan roda tetap berputar. 

Kontrol traksi (Traction Control) juga membantu mencegah selip roda di jalan licin dengan mendeteksi selip dan secara otomatis mengurangi aliran daya atau mengerem untuk mendapatkan kembali traksi.

Peran Infrastruktur dan Transportasi Publik

Kemacetan saat hujan diperparah oleh kerentanan infrastruktur dan ketergantungan pada kendaraan pribadi. 

Oleh karena itu, solusi sistemik yang melibatkan perencanaan kota dan investasi jangka panjang sangatlah penting.

Perbaikan dan Pemeliharaan Jalan

Infrastruktur yang kuat dan terpelihara dengan baik dapat mempertahankan kapasitas jalan bahkan dalam kondisi hujan deras. 

Sistem drainase yang efektif akan mencegah genangan air yang menjadi pemicu kemacetan dan kecelakaan. 

Peningkatan Kapasitas dan Cakupan Transportasi Publik

Transportasi publik yang memadai, nyaman, dan terintegrasi merupakan alternatif penting untuk mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi. 

Dengan kapasitas dan cakupan yang cukup, masyarakat memiliki opsi untuk beralih dari kendaraan pribadi saat hujan, mengurangi volume lalu lintas di jalan raya dan mengurangi jumlah kendaraan yang meneduh sembarangan yang menghambat aliran lalu lintas.

Mengapa Ketika Hujan Jalanan Macet?

Karena hujan mengubah kondisi jalan, menurunkan visibilitas, memicu perubahan perilaku pengemudi, memperburuk infrastruktur, dan meningkatkan risiko kecelakaan. Semua faktor ini menurunkan kapasitas jalan dan membuat aliran lalu lintas melambat.

Solusi bukan hanya pada pengemudi, tapi juga infrastruktur dan transportasi publik. Dengan pemahaman ini, kita bisa lebih siap menghadapi musim hujan dan mengurangi dampak kemacetan.

FAQ – Mengapa Ketika Hujan Jalanan Macet?

1. Mengapa ketika hujan jalanan macet?
Hujan membuat permukaan jalan licin, menurunkan visibilitas, memaksa pengemudi mengurangi kecepatan, dan menambah jarak aman. Genangan air serta risiko kecelakaan juga memperlambat arus lalu lintas.

2. Apa dampak hujan terhadap kemacetan di kota besar?
Hujan bisa menurunkan kapasitas jalan hingga 25–30%, meningkatkan kemacetan, keterlambatan perjalanan, dan konsumsi bahan bakar.

3. Mengapa risiko kecelakaan meningkat saat hujan?
Karena traksi ban berkurang, potensi aquaplaning, jarak pandang terbatas, dan banyak pengemudi tidak menyesuaikan kecepatan dengan kondisi jalan basah.

4. Bagaimana cara berkendara aman saat hujan?
Periksa kondisi ban dan wiper, kurangi kecepatan, jaga jarak aman, hindari genangan air, dan gunakan lampu utama agar tetap terlihat.

5. Apakah genangan air menjadi penyebab kemacetan?
Ya. Genangan atau banjir lokal membuat pengendara melambat, bahkan memaksa pengalihan jalur yang menambah kepadatan.

0 Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like